TUGAS
SOSIOLOGI PEDESAAN
OLEH
NAMA : NIKOLAS NAIKOFI
NIM : 1303032084
SEMESTER : III (TIGA)
DOSEN WALI : SUSANA C L PELLU, S.SOS, M.Si
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2014
MENCARI SUATU STRATEGI PEMBANGUNAN
MASYARAKAT
DESA BERPARADIGMA
GANDA
REKLASIFIKASI BERBAGAI STRATEGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT
DESA
Susunan reklasifikasi tentang strategi pembangunan
masyarakat desa terdiri atas empat buah strategi pembangunan yaitu:
1.
Strategi “gotong
royong”
2.
Strategi “teknikal
profesional”
3.
Strategi “konflik”
4.
Strategi “pembelotan
kultural”
Dengan sistem klasifikasi seperti itu, maka untuk
memahami lebih mendalam persamaan dan perbedaan di antara keempet strategi
penbanguna tersebut dalam hubungan mereka dengan orientasi paradigma
masin-masing mengenai hakekat manusia dan masyarakat serta diagnosa
masin-masing tentang keadaan masyarakat kita saat ini. Pemahaman tentang
orientasi-orientasi paradikmatik serupa itu kami anggap sangat esensial, dengan
demikian kita menjadi lebih memahami persaman dan perbedaan keempat strategi
pembangunan tersebu.
I.
STRATEGI
PEMBANGUNAN GOTONG ROYONG
Strategi gotong royong melihat masyarakat sebagai
suatu sistem sosia lyang terdiri dari bagian-bagian yang terintegrasi secara
normatif, dimana tiap-tiap bagian memberikan sumbangan fungsional masing-masing
bagi pencapaian tujuan masyarakat sebagai keseluruhan.
Paradigma struktural fungsional memandang masyarakat
pada dasarnya selalu berada dalam keadaan harmonis, dan tertib,
dimana segala sesuatu yang baik bagi masyarakat sebagai keseluruhan baik pula
sebagai anggota masyarakat sebagai individu. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan apabila strategi pembangunan gotong royong yang di turunkannya
menganjurkan penggunaan strategi perubahan masyarakat berlandaskan partisipasi
luas seluruh lapisan masyarakat di lalam proses pengambilan keputusan dan
tindakan-tindakan masyarakat.
II.
STRATEGI
PEMBANGUNAN TEKNIKAL-PROFESIONAL
Sebih daripada strategi gotong royong, strategi ini
memberikan peranan yang lebih kritikal pula pada agen-agen pembaharuan di dalam
menentukan program-program pembangunan, menyediakan pelayanan-pelayanan yang
diperlukan, dan menentukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk
merealisasikan program-program tersebut.
Smuanya diselenggarakan dengan atau tanpa melihat
pertisipasi masyarakat, tergantung pada pertimbangan agen pembangunan di dalam konteks organisasional
dimana ia bekerja.
III.
STRATEGI KONFLIK
Strategi konflik mengambil posisi strategi gotong
royong dan stategi teknikal profesional memberikan tekanan pada
perubahan-perubaha berskala kecil di dalam sistem sosial yang ada (changes within the sistem) melalui partisipasi masyarakat berlandasan luas dan
atau melalui peranan sentral para ahli pembangunan profesional, strategi
konflik menaruh tekanan pada perubahan-perubahan struktural yang mendasar (changes of the sistem) melalui distribusi kekuasaan, sumber daya dan
keputusan-keputusan masyarakat.
IV.
STRATEGI
PEMBELOTAN KULTURAL
Apabila strategi teknikal-profesional melihat
manusia pada dasarnya bersifat intelektual dan rasional, maka strategi
pembelotan kultural memandang manusia menurut kodratnya bersifat emosional dan
spiritual. Sekalopun demikian, oleh karena masyarakat modern telah berkembang
brlawanan dengan kondisi-kondisi struktural yang memungkinkan para anggota
masyarakat mengembangkan kemungkinan-kemungkinan kemanusiaan mereka, strategi
pembelotan kultural menyadari kebanyakan anggota masyarakat kontemporer telah
gagal dalam mewujudkan potensi-potensi kemanusiaan mereka.
V.
PEMBANGUNAN
MASYARAKAT DESA DALAM KRISIS
Kendati tiap strategi pembangunan masyarakat desa
berlingkup terbatas dan dalam beberapa hal bersifat komplementer atau
berlawanan satu sama lain, teori-teori dan praktek-praktek pembangunan dan dari
beberapa strategi pembangunan, strategi gotong royong merupakan strategi yang
paling populer dan sering digunakan.
Dalam pelaksanaannya, teori dan praktek pembangunan
masyarakat desa sebagaimana diselenggarakan di negara-negara sedang berkembang sangat
ditandai oleh perkawinan antara strtegi gotong royong dan strategi tekikal
profesional.
VI.
MENCARI SUATU
STRATEGI PEMBANGUNAN BERPARADIGMA GANDA
Perumusan suatu strategi pembangunan yang bersifat
sintetik merupakan perumusan suatu strategi pembangunan berparadigma ganda.
Landasan teoritik ke arah tersebut sudah banyak di tunjukkan oleh para ahli.
Pertama bahwa bertentangan dengan anggapan yang sudah umum diterima, dimana
berbagai strategi tersebut ternyata memiliki afinitas mereka di dalam model
teoritikal yang sama, atau paling tidak bersifat komplementer satu sama lain.
VII.
STRUKTUR
KELEMBAGAAN BAGI SUATU STRATEGI BERPARADIGMA GANDA
Struktur organisasi badan perwakilan dapat
diwujudkan melalui struktur organisasi yang populer disebut sebagai “the
linkink-pin organizational structure” berlandaskan sistem menejemen HDP
(Humanistic, Democratik, Parsicipative).
Struktur
organisasi itu dapat di kembangkan dari dua buah lembaga pembangunan yang pada
saat ini sudah memiliki eksistensinya, paling tidak dalam bentuk yang sangat
formal, pada tingkat “grass-roots” yakni: LKMD di tingkat desa, dan UDKP di tingkat kecamatan.
MOBILITAS SOSIAL
DI PEDESAN
1.
MOBILITAS SOSIAL
SECARA VERTIKAN DAN HORIZONTAL DI DESA
Setiap kelompok sosial di masyarakat pedesaan
tersusun secara teratur dalam struktur sosial dimana struktur tersebut akan
selalu mengalami perubahan. Perubahan dalam suatu struktur di awali oleh proses
gerak sosial dari satu lapisan sosial ke lapisan sosial lainatau dari fungsi
tertentu ke fungsi lain tanpa ada perubahan status.di sisi lain, pelapisan
seseorang dari lapisan sosial ke lapian sosial tinggi atau sebaliknya, juga
dapat terjadi, dimana seseorang mendapatkan status dan peran baru dengan
prestasi sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah sebelumnya. Kedua gerakan
itulah yang kita kenal dengan sebutan gerak vertikal dan horizontal masyarakat
sebagai cikal bakal mobilitas sosial.
2.
PRINSIP-PRINSIP
MOBILITAS SOSIAL SECARA VERTIKAL DAN HORIZONTAL DI DESA
Gerakan
sosial selalu akan mengikuti beberapa prinsip dasar yakni:
a)
Bahwa hampir
tidak ada masyarakat yang memilih sistem lapisan yang tertutup secara mutlak.
b)
Terbukanya
sistem lapisan masyarakat tidak mungkin gerak vertikal dilakukan dengan bebas,
sedikit banyak akan ada hambatan.
c)
Semua gerak
sosial tidak akan sama dalam semua mayarakat.
d)
Mobilitas
vertikal disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan berbeda.
e)
Gerak vertikal
berdasarkan sejarah terjadi karena faktor ekonomi politik, dan pekerjaan.
3.
MOBILITAS TENAGA
KERJA DI PEDESAAN
a)
Sektor Pertanian
Dalam Struktur Ekonomi Nasional
Sektor
pertanian merupakan sektor yang kurang mendapatkan perhatian dalam aksi
pembangunan padahal sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung
luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Secara
umum, peran sektor pertanian dalam menyusun PDB tidak sebesar sektor lain. Akan
tetapi, bahwa besarnya tenaga kerja yang di tampung oleh sektor ini, juga
fungsi strategis dan besarnya sumber daya yang dapat di manfaatkan untuk
menyokong pembangunan nasional yang mungkin tidak dimiliki oleh negara lain.
b)
Rumah Tangga
Sektor Pertanian
Kita
ketahui bersama bahwa kondisi rumah tangga petani kita rata-rata kurang
menguntungkan debandingkan keluarga yang ada pada sektor lain. Hal itu dapat
dilihat dari kecilnya lahan yang di usahakan secara rata-rata dengan beban
keluarga yang harus di tanggung. Dari data luas kepemilikan lahan petani
semakan lama semakin kecil sehingga pendapatannya emakin menurun.
4.
DAMPAK KRISIS
EKONOMI PADA STRUKTUR TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN
Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia menimbulkan
dampak yang sangat parah pada sektor industripengolahan dan sektor jasa
kemasyarakatan yang berdampak juga pada penyerapan tenaga buruh atau kariawan
sektor perekonomian i luar ektor pertanian semuanya merosot. Walaupun beberapa
sektor perekonomian jumlah usahanya hampir tetap, namun terjadi pengurangan
tenaga kerja untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing sehingga sebagian besar
buruh atau karyawan mulai beralih profesi ke sektor pertanian.namun karena
sempitnya lahan pertanian maka hasil pertanian rumah tangga sektor pertanian
sangat minim.
0 komentar:
Posting Komentar