Minggu, 22 Februari 2015

MENCARI SUATU STRATEGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA BERPARADIGMA GANDA DAN MOBILITAS SOSIAL



TUGAS
SOSIOLOGI PEDESAAN



OLEH


NAMA                          : NIKOLAS NAIKOFI
NIM                               : 1303032084
SEMESTER                 : III (TIGA)
DOSEN WALI             : SUSANA C L PELLU, S.SOS, M.Si

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2014


MENCARI SUATU STRATEGI PEMBANGUNAN
 MASYARAKAT DESA BERPARADIGMA
 GANDA

REKLASIFIKASI BERBAGAI STRATEGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA

Susunan reklasifikasi tentang strategi pembangunan masyarakat desa terdiri atas empat buah strategi pembangunan yaitu:
1.      Strategi “gotong royong”
2.      Strategi “teknikal profesional”
3.      Strategi “konflik”
4.      Strategi “pembelotan kultural”
Dengan sistem klasifikasi seperti itu, maka untuk memahami lebih mendalam persamaan dan perbedaan di antara keempet strategi penbanguna tersebut dalam hubungan mereka dengan orientasi paradigma masin-masing mengenai hakekat manusia dan masyarakat serta diagnosa masin-masing tentang keadaan masyarakat kita saat ini. Pemahaman tentang orientasi-orientasi paradikmatik serupa itu kami anggap sangat esensial, dengan demikian kita menjadi lebih memahami persaman dan perbedaan keempat strategi pembangunan tersebu.

       I.            STRATEGI PEMBANGUNAN GOTONG ROYONG

Strategi gotong royong melihat masyarakat sebagai suatu sistem sosia lyang terdiri dari bagian-bagian yang terintegrasi secara normatif, dimana tiap-tiap bagian memberikan sumbangan fungsional masing-masing bagi pencapaian tujuan masyarakat sebagai keseluruhan.
Paradigma struktural fungsional memandang masyarakat pada dasarnya selalu berada dalam keadaan harmonis, dan tertib, dimana segala sesuatu yang baik bagi masyarakat sebagai keseluruhan baik pula sebagai anggota masyarakat sebagai individu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila strategi pembangunan gotong royong yang di turunkannya menganjurkan penggunaan strategi perubahan masyarakat berlandaskan partisipasi luas seluruh lapisan masyarakat di lalam proses pengambilan keputusan dan tindakan-tindakan masyarakat.

    II.            STRATEGI PEMBANGUNAN TEKNIKAL-PROFESIONAL

Sebih daripada strategi gotong royong, strategi ini memberikan peranan yang lebih kritikal pula pada agen-agen pembaharuan di dalam menentukan program-program pembangunan, menyediakan pelayanan-pelayanan yang diperlukan, dan menentukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk merealisasikan program-program tersebut.
Smuanya diselenggarakan dengan atau tanpa melihat pertisipasi masyarakat, tergantung pada pertimbangan agen  pembangunan di dalam konteks organisasional dimana ia bekerja.

 III.            STRATEGI KONFLIK

Strategi konflik mengambil posisi strategi gotong royong dan stategi teknikal profesional memberikan tekanan pada perubahan-perubaha berskala kecil di dalam sistem sosial yang ada (changes within the sistem) melalui partisipasi masyarakat berlandasan luas dan atau melalui peranan sentral para ahli pembangunan profesional, strategi konflik menaruh tekanan pada perubahan-perubahan struktural yang mendasar (changes of the sistem) melalui distribusi kekuasaan, sumber daya dan keputusan-keputusan masyarakat.

 IV.            STRATEGI PEMBELOTAN KULTURAL

Apabila strategi teknikal-profesional melihat manusia pada dasarnya bersifat intelektual dan rasional, maka strategi pembelotan kultural memandang manusia menurut kodratnya bersifat emosional dan spiritual. Sekalopun demikian, oleh karena masyarakat modern telah berkembang brlawanan dengan kondisi-kondisi struktural yang memungkinkan para anggota masyarakat mengembangkan kemungkinan-kemungkinan kemanusiaan mereka, strategi pembelotan kultural menyadari kebanyakan anggota masyarakat kontemporer telah gagal dalam mewujudkan potensi-potensi kemanusiaan mereka.

    V.            PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA DALAM KRISIS

Kendati tiap strategi pembangunan masyarakat desa berlingkup terbatas dan dalam beberapa hal bersifat komplementer atau berlawanan satu sama lain, teori-teori dan praktek-praktek pembangunan dan dari beberapa strategi pembangunan, strategi gotong royong merupakan strategi yang paling populer dan sering digunakan.
Dalam pelaksanaannya, teori dan praktek pembangunan masyarakat desa sebagaimana diselenggarakan di negara-negara sedang berkembang sangat ditandai oleh perkawinan antara strtegi gotong royong dan strategi tekikal profesional.

 VI.            MENCARI SUATU STRATEGI PEMBANGUNAN BERPARADIGMA GANDA

Perumusan suatu strategi pembangunan yang bersifat sintetik merupakan perumusan suatu strategi pembangunan berparadigma ganda. Landasan teoritik ke arah tersebut sudah banyak di tunjukkan oleh para ahli. Pertama bahwa bertentangan dengan anggapan yang sudah umum diterima, dimana berbagai strategi tersebut ternyata memiliki afinitas mereka di dalam model teoritikal yang sama, atau paling tidak bersifat komplementer satu sama lain.
VII.            STRUKTUR KELEMBAGAAN BAGI SUATU STRATEGI BERPARADIGMA GANDA

Struktur organisasi badan perwakilan dapat diwujudkan melalui struktur organisasi yang populer disebut sebagai “the linkink-pin organizational structure” berlandaskan sistem menejemen HDP (Humanistic, Democratik, Parsicipative).
Struktur organisasi itu dapat di kembangkan dari dua buah lembaga pembangunan yang pada saat ini sudah memiliki eksistensinya, paling tidak dalam bentuk yang sangat formal, pada tingkat “grass-roots” yakni: LKMD di tingkat desa, dan  UDKP di tingkat kecamatan.


MOBILITAS SOSIAL
DI PEDESAN

1.      MOBILITAS SOSIAL SECARA VERTIKAN DAN HORIZONTAL DI DESA

Setiap kelompok sosial di masyarakat pedesaan tersusun secara teratur dalam struktur sosial dimana struktur tersebut akan selalu mengalami perubahan. Perubahan dalam suatu struktur di awali oleh proses gerak sosial dari satu lapisan sosial ke lapisan sosial lainatau dari fungsi tertentu ke fungsi lain tanpa ada perubahan status.di sisi lain, pelapisan seseorang dari lapisan sosial ke lapian sosial tinggi atau sebaliknya, juga dapat terjadi, dimana seseorang mendapatkan status dan peran baru dengan prestasi sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah sebelumnya. Kedua gerakan itulah yang kita kenal dengan sebutan gerak vertikal dan horizontal masyarakat sebagai cikal bakal mobilitas sosial.

2.      PRINSIP-PRINSIP MOBILITAS SOSIAL SECARA VERTIKAL DAN HORIZONTAL DI DESA

Gerakan sosial selalu akan mengikuti beberapa prinsip dasar yakni:
a)      Bahwa hampir tidak ada masyarakat yang memilih sistem lapisan yang tertutup secara mutlak.
b)      Terbukanya sistem lapisan masyarakat tidak mungkin gerak vertikal dilakukan dengan bebas, sedikit banyak akan ada hambatan.
c)      Semua gerak sosial tidak akan sama dalam semua mayarakat.
d)     Mobilitas vertikal disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan berbeda.
e)      Gerak vertikal berdasarkan sejarah terjadi karena faktor ekonomi politik, dan pekerjaan.

3.      MOBILITAS TENAGA KERJA DI PEDESAAN
a)      Sektor Pertanian Dalam Struktur Ekonomi Nasional

Sektor pertanian merupakan sektor yang kurang mendapatkan perhatian dalam aksi pembangunan padahal sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Secara umum, peran sektor pertanian dalam menyusun PDB tidak sebesar sektor lain. Akan tetapi, bahwa besarnya tenaga kerja yang di tampung oleh sektor ini, juga fungsi strategis dan besarnya sumber daya yang dapat di manfaatkan untuk menyokong pembangunan nasional yang mungkin tidak dimiliki oleh negara lain.


b)      Rumah Tangga Sektor Pertanian

Kita ketahui bersama bahwa kondisi rumah tangga petani kita rata-rata kurang menguntungkan debandingkan keluarga yang ada pada sektor lain. Hal itu dapat dilihat dari kecilnya lahan yang di usahakan secara rata-rata dengan beban keluarga yang harus di tanggung. Dari data luas kepemilikan lahan petani semakan lama semakin kecil sehingga pendapatannya emakin menurun.

4.      DAMPAK KRISIS EKONOMI PADA STRUKTUR TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN

Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia menimbulkan dampak yang sangat parah pada sektor industripengolahan dan sektor jasa kemasyarakatan yang berdampak juga pada penyerapan tenaga buruh atau kariawan sektor perekonomian i luar ektor pertanian semuanya merosot. Walaupun beberapa sektor perekonomian jumlah usahanya hampir tetap, namun terjadi pengurangan tenaga kerja untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing sehingga sebagian besar buruh atau karyawan mulai beralih profesi ke sektor pertanian.namun karena sempitnya lahan pertanian maka hasil pertanian rumah tangga sektor pertanian sangat minim.

0 komentar:


By Animart