TEORI MODERNISASI
Sejarah, Asumsi Dasar dan
Tokoh Modernisasi
Sejarah Singkat
Teori Modernisasi lahir sekitar tahun
1950-an di Amerika Serikat sebagai wujud respon kaum intelektual atas Perang
Dunia II yang telah menyebabkan munculnya negara-negara Dunia Ketiga.
Pasca usainya Peranng Dunia II, kemudian muncul perang dingin
antara negara-negara penganut Kapitalisme dan penganut Komunisme yang waktu itu Uni Sovyet
sebagai panglimanya. Dua faham ini bersaing untuk mendapatkan penganut, terutama
dari kalangan negara Dunia Ketiga yang sedang mencari formula jitu bagi pembangunan
di negaranya masing-masing.
Asumsi Dasar Modernisasi
Modernisasi
dapat dipahami sebagai sebuah upaya tindakan menuju perbaikan dari kondisi
sebelumnya. Selain upaya, modernisasi juga berarti proses yang memiliki tahapan
dan waktu tertentu dan terukur.
Sebagaimana sebuh teori, Modernisasi memiliki asumsi dasar yang
menjadi pangkal hipotesisnya dalam menawarkan rekayasa pembangunan.
Pertama, kemiskinan dipandang oleh Modernisasi
sebagai masalah internal dalam sebuah negara. Kemiskinan dan problem pembangunan yang ada
lebih merupakan akibat dari keterbelakangan dan kebodohan internal yang berada
dalam sebuah negara, bukan merupakan problem yang dibawa oleh faktor dari luar
negara.
Kedua, muara segala problem adalah kemiskinan, pembangunan berarti perang
terhadap kemiskinan. Jika pembangunan
ingin berhasil, maka yang kali pertama harus dilakukan adalah menghilangkan
kemiskinan dari sebuah negara. Cara paling tepat menurut Modernisasi untuk
menghilangkan kemiskinan adalah dengan ketersediaan modal untuk melakukan
investasi. Semakin tinggi tingkat investasi di sebuah negara, maka secara
otomatis, pembangunan telah berhasil.
Modernisasi Menurut Evsey
Domar dan Roy Harrod
Dua tokoh ini memiliki pendapat dasar
tentang pembangunan, khususnya pada dimensi ekonomi. Investasi menjadi
persoalan penting bagi Domar dan Harrod dalam tiap proses pembangunan di sebuah
negara. Dapat juga dikatakan bahwa mereka menekankan bahwa investasi adalah standar
keberhasilan dalam proses
2.3. Modernisasi Menurut
Max Weber
Tesis utama Weber tentang pembangunan
bermuara pada ide yang ditulisnya dalam sebuah buku berjudul “The Protestant
Ethic and Spirit of Capitalism” ia mengatakan
bahwa mobilitas masyarakat dalam membangun dirinya, tidak
sepenuhnya ditentukan oleh motivasi ekonomi semata, namun lebih dipengaruhi
oleh nilai budaya yang mempengaruhi tingkah laku masyarakat tersebut.
Modernisasi Menurut David
McClelland
McClelland berpendapat bahwa segala bentuk
perubahan yang terjadi dalam modernisasi atau pembangunan sebuah negara bukan
ditentukan oleh lembaga/institusi, ideologi, atau konflik sosial yang sedang
terjadi, namun banyak ditentukan oleh motivasi pencapaian prestasi tinggi yang
dimiliki oleh tiap individu di negara tersebut. McClelland melihat adanya dominasi
faktor psikis internal manusia sangat menentukan dalam keberhasilan modernisasi.
Dimensi psikis inilah yang akan mewarnai segala perilaku manusia dalam
kehidupan sehari-harinya, sehingga jika menginginkan perubahan positif, yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah memformat psikis manusianya terlebih dahulu secara
positif agar memiliki kehendak positif.
Modernisasi Menurut WW.
Rostow
Sebagai seorang ekonom positivistik, WW
Rostow memiliki tiga asumsi dasar yang tertuang dalam bukunya The Stages of
Economic Growth: a Non-Communist Manifesto.
·
Rostow berpendapat bahwa
pembangunan adalah sebuah proses linier yang memerlukan perencanaan matang
dalam tiap segi pembangunannya, bukan proses gradual yang zig-zag tanpa
arah tertentu.
·
Pembangunan juga berarti
kemampuan ekonomi, maka untuk mencapai kemandirian ekonomi, sebuah negara harus
melalui lima tahapan pembangunan.
·
Jika dalam modernisasi, sebuah
negara tidak mencapai tahapan-tahapan tersebut secara linier, maka pembangunan
yang dilakukannya telah gagal. Artinya, kegagalan pembangunan adalah kegagalan
melewati lima tahapan pembangunan tersebut
Rostow mengajukan gagasan
tentang lima tahapan pembangunan ekonomi sebagai berikut :
1.
Masyarakat Tradisional
masyarakat tradisional adalah adanya ketidakmampuan masyarakat untuk menguasai
pengetahuan dan alam. Selain itu, ada faktor budaya atau tradisi yang
menghambat kemajuan karena masyarakat tradisional sangat tergantung dengan
mitos dan cerita yang diwariskan secara turun temurun tanpa tahu kebenaran ilmiahnya.
karakter masyarakat tradisional tersebut adalah sebagai berikut:
a. Belum menguasai pengetahuan
b. Berpegang pada tradisi/kepercayaan
c. Tunduk pada alam
d. Statis
e. Produksi terbatas
f. Konsumsi hanya untuk dirinya sendiri
g. Dari generasi pertama ke generasi kedua, sama kondisinya
h. Ikatan sosial lebih kuat
i. Proto industrial society
2.
Masyarakat Pra Lepas Landas
Karakter utama dari
tahapan ini adalah:
a. Adanya investasi
sektor-sektor produktif
b. Investasi dilakukan
oleh individu, swasta dan negara
c. Membangun sumberdaya
manusia
3.
Masyarakat Lepas Landas
Karakter utama dari
kondisi tahapan ini adalah:
a. Pertumbuhan
kuantitatif dan kualitatif
b. Tabungan dan investasi
meningkat 10% dari pendapatan nasional
c. Industri berkembang
pesat.
d. Investasi berupa
pembangunan industri baru.
e. Komersialisasi
industri mencapai keuntungan dan bukan sekedar untuk konsumsi
f. Titik berat
produktifitas pertanian.
g. Tansisi masyarakat:
tradisional menuju modern
4.
Masyarakat Bergerak ke Arah Dewasa
karakter masyarakat sebagai berikut:
a. Disebut periode
konsolidasi
b. Investasi meningkat
antara 10-20% dari pendapatan nasional
c. Penguasaan ilmu
pengetahuan baru
d. Barang-barang impor
diproduksi sendiri
e. Keseimbangan antara
ekspor dan impor
f. Produksi industri
barang konsumsi dan modal
5.
Masyarakat Konsumsi Massal
Tinggi
Karakter dari fase ini
adalah sebagai berikut:
a.
Surplus ekonomi dialokasikan
untuk social welfare (kesejahteraan sosial) dan social income
b.
Pembangunan merupakan sebuah
proses yang berkesinambungan (continuity)
c.
Masalah sosial muncul berupa
persaingan kebutuhan yang tidak diperlukan
d.
Status dan simbol merupakan
bagian dari hidup
Modernisasi Menurut Bert
F. Hoselitz
Hoselitz berpendapat bahwa pembangunan bukan hanya persoalan
investasi
atau penanaman modal semata, karena bagaimanapun besarnya nilai
investasi tanpa
didukung oleh penyiapan lembaga-lembaga nyata untuk peningkatan
keterampilan
pelaku ekonomi, maka investasi tersebut tidak akan membawa perubahan
menuju arah lebih baik
Ada dua hal yang diperlukan dalam modernisasi
pertama, pasokan modal besar dengan investasi dan penyediaan dana
perbankan, kedua, pasokan tenaga ahli dan terampil untuk memanfaatkan
investasi tersebut. Hoselitz tidak menjamin bahwa besarnya investasi atau
penanaman modal di suatu negara dapat menentukan keberhasilan pembangunan. Ada
faktor lain yang menentukan keberhasilan pembangunan, yaitu peran tenaga ahli
dan terampil untuk menggerakkan investasi tersebut.
Simbiosis mutualisma antara investasi dan
tenaga kerja dengan kemampuan skill memadai membutuhkan perangkat sistem aturan
yang jelas dan mekanisme kerjasama yang memadai. Aturan dan mekanisme
relasional ini hanya dapat berjalan dengan baik jika ada peran pranata
didalamnya, yaitu negara yang menyusun dan menjalankan aturan-aturan hubungan
antara tenaga kerja ahli dan investasi di suatu negara.
Modernisasi Menurut Alex
Inkeles dan David H. Smith
Dalam literatur fenomenalnya berjudul
Becoming Modern, Alex Inkeles mengajukan tiga proposisi utama sebagai dasar
teori modernisasinya.
Pertama, pendidikan adalah usaha paling
efektif dalam melakukan perubahan pada diri manusia.
Kedua, dampak pendidikan dirasakan lebih
kuat daripada usaha perubahan lainnya. Ketiga, pendidikan dan pengalaman
kerja dapat membuat manusia menjadi lebih modern.
Pendidikan yang menjadi konsentrasi mereka
berdua berorientasi pada pembentukan manusia modern yang
dapat mewarnai kondisi di sekelilingnya. Kondisi
modernitas tidak akan tercapai sebelum menjadikan manusia didalamnyasebagai
manusia modern terlebih dahulu. Perubahan manusia menuju arah modern itulah
yang relatif dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan yang baik daripada
usaha-usaha lain karena dampak pendidikan lebih besar daripada usaha- usaha
tersebut.
Selanjutnya, Alex Inkeles dan David H. Smith
mengajukan beberapa karakter utama dari manusia modern sebagai
berikut:
·
Terbuka terhadap pengalaman
baru
·
Berorientasi ke masa kini dan mendatang
·
Kesanggupan merencanakan
·
Percaya bahwa manusia dapat
menguasai dan menentukan alam, bukan sebaliknya, alam yang menguasai dan
menentukan hidup manusia