Kamis, 18 Juni 2015

Teori Ketergantungan


TUGAS
SOSIOLOGI PEMBANGUNAN



OLEH:

                   NAMA                          : NIKOLAS NAIKOFI
                   NIM                               : 1303032084
SEMESTER                  : IV (EMPAT)
                   JURUSAN/KELAS      : SOSIOLOGI/B
                   DOSEN WALI                       : SUSANA C. L. PELLU,  S.Sos, M.Si


JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2015
Teori Dependensi (Ketergantungan)

A.    TEORI KETERGANTUNGAN
             Di era globalisasi ini sepertinya sangat sulit bagi suatu negara untuk melepaskan diri dengan negara lain. Hubungan antar negara sepertinya menjadi keharusan.  Andre Gunder Frunk mengatakan bahwa negara berkembang dan terbelakang harus memutuskan hubungan dengan negara maju supaya bisa maju.
teori ketergantungan secara garis besar bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1)    Teori Depensi Klasik
Teori ini digagas oleh Andre Gunder Frunk, yang menyatakan bahwa kapitalisme global akan membuat ketergantungan masa lalu dan sekarang oleh karena itu negara yang tidak maju dan berkembang harus memutuskan hubungan dengan negara maju supaya negara berkembang bisa maju.
2)    Teori Depensi Modern
Teori ini digagas oleh Fernando Henrigue Cardoso, teori ini menyatakan bahwa antara negara yang satu dengan lainnya perlu kerjasama dengan melihat karakteristik histori dari daerah tersebut.
Teori Dependensi juga lahir atas respon ilmiah terhadap pendapat kaum Marxis Klasik tentang pembangunan yang dijalankan di negara maju dan berkembang. Aliran neo-marxisme yang kemudian menopang keberadaan teori Dependensi ini.
Tentang imperialisme, kaum Marxis Klasik melihatnya dari sudut pandang negara maju yang melakukannya sebagai bagian dari upaya manifestasi Kapitalisme Dewasa, sedangkan kalangan Neo-Marxis melihatnya dari sudut pandang negara pinggiran yang terkena akibat penjajahan. Dalam dua tahapan revolusi, Marxis Klasik berpendapat bahwa revolusi borjuis harus lebih dahulu dilakukan baru kemudian revolusi proletar. Sedangkan Neo-Marxis berpendapat bahwa kalangan borjuis di negara terbelakang pada dasarnya adalah alat atau kepanjangan tangan dari imperialis di negara maju. Maka revolusi yang mereka lakukan tidak akan membawa perubahan di negara pinggiran, terlebih lagi, revolusi tersebut tidak akan mampu membebaskan kalangan proletar di negara berkembang dari eksploitasi kekuatan alat-alat produksi kelompok borjuis di negara tersebut dan kaum borjuis di negara maju.
Tokoh utama dari teori Dependensi adalah Theotonio Dos Santos dan Andre Gunder Frank. Theotonio Dos Santos sendiri mendefinisikan bahwa ketergantungan adalah hubungan relasional yang tidak imbang antara negara maju dan negara miskin dalam pembangunan di kedua kelompok negara tersebut. Dia menjelaskan bahwa kemajuan negara Dunia Ketiga hanyalah akibat dari ekspansi ekonomi negara maju dengan kapitalismenya. Jika terjadi sesuatu negatif di negara maju, maka negara berkembang akan mendapat dampak negatifnya pula. Sedangkan jika hal negatif terjadi di negara berkembang, maka belum tentu negara maju akan menerima dampak tersebut. Sebuah hubungan yang tidak imbang. Artinya, positif-negatif dampak  berkembang pembangunan di negara maju akan dapat membawa dampak pada negara, (theotonio dos santos, review, vol. 60, 231).
Dalam perkembangannya, teori Dependensi terbagi dua, yaitu Dependensi Klasik yang diwakili oleh Andre Gunder Frank dan Theotonio Dos Santos, dan Dependensi Baru yang diwakili oleh F.H. Cardoso.
Teori Ketergantungan yang dikembangkan pada akhir 1950an di bawah bimbingan Direktur Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin, Raul Prebisch. Prebisch dan rekan-rekannya di picu oleh kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara-negara industri maju tidak harus menyebabkan pertumbuhan di negara-negara miskin. Memang, studi mereka menyarankan bahwa kegiatan ekonomi di negara-negara kaya sering menyebabkan masalah ekonomi yang serius di negara-negara miskin. Kemungkinan seperti itu tidak diprediksi oleh teori neoklasik, yang diasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi bermanfaat bagi semua, bahkan jika tidak bermanfaat tidak selalu ditanggung bersama. Penjelasan awal Prebisch untuk fenomena ini sangat jelas: negara-negara miskin mengekspor komoditas primer ke negara-negara kaya yang kemudian diproduksi produk dari komoditas tersebut dan  mereka jual kembali ke negara-negara miskin.
Tiga masalah membuat kebijakan ini sulit untuk diikuti. Yang pertama adalah bahwa pasar internal negara-negara miskin tidak cukup besar untuk mendukung skala ekonomi yang digunakan oleh negara-negara kaya untuk menjaga harga rendah. Isu kedua menyangkut akan politik negara-negara miskin untuk apakah transformasi menjadi produsen utama produk itu mungkin atau diinginkan. Isu terakhir berkisar sejauh mana negara-negara miskin sebenarnya memiliki kendali produk utama mereka, khususnya di bidang penjualan produk-produk luar negeri. Hambatan-hambatan dengan kebijakan substitusi impor menyebabkan orang lain berpikir sedikit lebih kreatif dan historis pada hubungan antara negara-negara kaya dan miskin.
Pada titik ini teori ketergantungan itu dipandang sebagai sebuah cara yang mungkin untuk menjelaskan kemiskinan terus-menerus dari negara-negara miskin. Pendekatan neoklasik tradisional mengatakan hampir tidak ada pada pertanyaan ini kecuali untuk menegaskan bahwa negara-negara miskin terlambat datang ke praktik-praktik ekonomi yang padat dan begitu mereka mempelajari teknik-teknik ekonomi modern, maka kemiskinan akan mulai mereda. Ketergantungan dapat didefinisikan sebagai suatu penjelasan tentang pembangunan ekonomi suatu negara dalam hal pengaruh eksternal - politik, ekonomi, dan budaya - pada kebijakan pembangunan nasional
Enam bagian pokok dari teory independensi adalah :
1.      Pendekatan Keseluruhan Melalui Pendekatan Kasus. Gejala ketergantungan dianalisis dengan pendekatan keseluruhan yang memberi tekanan pada sisitem dunia. Ketergantungan adalah akibat proses kapitalisme global, dimana negara pinggiran hanya sebagai pelengkap. Keseluruhan dinamika dan mekanisme kapitalis dunia menjadi perhatian pendekatan ini.
2.      Pakar Eksternal Melawan Internal. Para pengikut teori ketergantungan tidak sependapat dalam penekanan terhadap dua faktor ini, ada yang beranggapan bahwa faktor eksternal lebih ditekankan, seperti Frank Des Santos. Sebaliknya ada yang menekan factor internal yang mempengaruhi/ menyebabkan ketergantungan, seperti Cordosa dan Faletto.
3.      Analisis Ekonomi Melawan Analisi Sosiopolitik. Raul Plebiech memulainya dengan memakai analisis ekonomi dan penyelesaian yang ditawarkanya juga bersifat ekonomi. AG Frank seorang ekonom, dalam analisisnya memakai disiplin ilmu sosial lainya, terutama sosiologi dan politik. Dengan demikian teori ketergantungan dimulai sebagai masalah ekonomi kemudian berkembang menjadi analisis sosial politik dimana analisis ekonomi hanya merupakan bagian dan pendekatan yang multi dan interdisipliner analisis sosiopolitik menekankan analisa kelas, kelompok sosial dan peran pemerintah di negara pinggiran.
4.      Kontradiksi Sektoral/Regional Melawan Kontradiksi Kelas. Salah satu kelompok penganut ketergantungan sangat menekankan analisis tentang hubungan negara-negara pusat dengan pinggiran ini merupakan analisis yang memakai kontradiksi regional. Tokohnya adalah AG Frank. Sedangkan kelompok lainya menekankan analisis klas, seperti Cardoso.
5.      Keterbelakangan Melawan Pembangunan. Teori ketergantungan sering disamakan dengan teori tentang keterbelakangan dunia ketiga. Seperti dinyatakan oleh Frank. Para pemikir teori ketergantungan yang lain seperti Dos Santos, Cardoso, Evans menyatakan bahwa ketergantungan dan pembangunan bisa berjalan seiring. Yang perlu dijelaskan adalah sebab, sifat dan keterbatasan dari pembangunan yang terjadi dalam konteks ketergantungan.
6.      Voluntarisme Melawan Determinisme. Penganut marxis klasik melihat perkembangan sejarah sebagai suatu yang deterministic. Masyarakat akan berkembang sesuai tahapan dari feodalisme ke kapitalisme dan akan kepada sosialisme. Penganut Neo Marxis seperti Frank kemudian mengubahnya melalui teori ketergantungan. Menurutnya kapitalisme negara-negara pusat berbeda dengan kapitalisme negara pinggiran. Kapitalisme negara pinggiran adalah keterbelakangan karena itu perlu di ubah menjadi negara sosialis melalui sebuah revolusi. Dalam hal ini Frank adalah penganut teori voluntaristik.


Rabu, 08 April 2015

MODERNISASI



TEORI MODERNISASI

Sejarah, Asumsi Dasar dan Tokoh Modernisasi
Sejarah Singkat
Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai wujud respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah menyebabkan munculnya negara-negara Dunia Ketiga.
Pasca usainya Peranng Dunia II, kemudian muncul perang dingin antara negara-negara penganut Kapitalisme dan penganut Komunisme yang waktu itu Uni Sovyet sebagai panglimanya. Dua faham ini bersaing untuk mendapatkan penganut, terutama dari kalangan negara Dunia Ketiga yang sedang mencari formula jitu bagi pembangunan di negaranya masing-masing.

Asumsi Dasar Modernisasi
Modernisasi dapat dipahami sebagai sebuah upaya tindakan menuju perbaikan dari kondisi sebelumnya. Selain upaya, modernisasi juga berarti proses yang memiliki tahapan dan waktu tertentu dan terukur.
Sebagaimana sebuh teori, Modernisasi memiliki asumsi dasar yang menjadi pangkal hipotesisnya dalam menawarkan rekayasa pembangunan.
Pertama, kemiskinan dipandang oleh Modernisasi sebagai masalah internal dalam sebuah  negara.   Kemiskinan dan problem pembangunan yang ada lebih merupakan akibat dari keterbelakangan dan kebodohan internal yang berada dalam sebuah negara, bukan merupakan problem yang dibawa oleh faktor dari luar negara.
Kedua, muara segala problem adalah kemiskinan, pembangunan berarti perang  terhadap kemiskinan. Jika pembangunan ingin berhasil, maka yang kali pertama harus dilakukan adalah menghilangkan kemiskinan dari sebuah negara. Cara paling tepat menurut Modernisasi untuk menghilangkan kemiskinan adalah dengan ketersediaan modal untuk melakukan investasi. Semakin tinggi tingkat investasi di sebuah negara, maka secara otomatis, pembangunan telah berhasil.
Modernisasi Menurut Evsey Domar dan Roy Harrod
Dua tokoh ini memiliki pendapat dasar tentang pembangunan, khususnya pada dimensi ekonomi. Investasi menjadi persoalan penting bagi Domar dan Harrod dalam tiap proses pembangunan di sebuah negara. Dapat juga dikatakan bahwa mereka menekankan bahwa investasi adalah standar keberhasilan dalam proses

2.3. Modernisasi Menurut Max Weber
Tesis utama Weber tentang pembangunan bermuara pada ide yang ditulisnya dalam sebuah buku berjudul “The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism” ia mengatakan bahwa mobilitas masyarakat dalam membangun dirinya, tidak sepenuhnya ditentukan oleh motivasi ekonomi semata, namun lebih dipengaruhi oleh nilai budaya yang mempengaruhi tingkah laku masyarakat tersebut.

Modernisasi Menurut David McClelland
McClelland berpendapat bahwa segala bentuk perubahan yang terjadi dalam modernisasi atau pembangunan sebuah negara bukan ditentukan oleh lembaga/institusi, ideologi, atau konflik sosial yang sedang terjadi, namun banyak ditentukan oleh motivasi pencapaian prestasi tinggi yang dimiliki oleh tiap individu di negara tersebut. McClelland melihat adanya dominasi faktor psikis internal manusia sangat menentukan dalam keberhasilan modernisasi. Dimensi psikis inilah yang akan mewarnai segala perilaku manusia dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga jika menginginkan perubahan positif, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memformat psikis manusianya terlebih dahulu secara positif agar memiliki kehendak positif.

Modernisasi Menurut WW. Rostow
Sebagai seorang ekonom positivistik, WW Rostow memiliki tiga asumsi dasar yang tertuang dalam bukunya The Stages of Economic Growth: a Non-Communist Manifesto.
·         Rostow berpendapat bahwa pembangunan adalah sebuah proses linier yang memerlukan perencanaan matang dalam tiap segi pembangunannya, bukan proses gradual yang zig-zag tanpa arah tertentu.
·         Pembangunan juga berarti kemampuan ekonomi, maka untuk mencapai kemandirian ekonomi, sebuah negara harus melalui lima tahapan pembangunan.
·         Jika dalam modernisasi, sebuah negara tidak mencapai tahapan-tahapan tersebut secara linier, maka pembangunan yang dilakukannya telah gagal. Artinya, kegagalan pembangunan adalah kegagalan melewati lima tahapan pembangunan tersebut
Rostow mengajukan gagasan tentang lima tahapan pembangunan ekonomi sebagai berikut :

1.      Masyarakat Tradisional
masyarakat tradisional adalah adanya ketidakmampuan masyarakat untuk menguasai pengetahuan dan alam. Selain itu, ada faktor budaya atau tradisi yang menghambat kemajuan karena masyarakat tradisional sangat tergantung dengan mitos dan cerita yang diwariskan secara turun temurun tanpa tahu kebenaran ilmiahnya.
karakter masyarakat tradisional tersebut adalah sebagai berikut:
a. Belum menguasai pengetahuan
b. Berpegang pada tradisi/kepercayaan
c. Tunduk pada alam
d. Statis
e. Produksi terbatas
f. Konsumsi hanya untuk dirinya sendiri

g. Dari generasi pertama ke generasi kedua, sama kondisinya
h. Ikatan sosial lebih kuat
i. Proto industrial society


2.      Masyarakat Pra Lepas Landas
Karakter utama dari tahapan ini adalah:
a. Adanya investasi sektor-sektor produktif
b. Investasi dilakukan oleh individu, swasta dan negara
c. Membangun sumberdaya manusia

3.      Masyarakat Lepas Landas
Karakter utama dari kondisi tahapan ini adalah:
a. Pertumbuhan kuantitatif dan kualitatif
b. Tabungan dan investasi meningkat 10% dari pendapatan nasional
c. Industri berkembang pesat.
d. Investasi berupa pembangunan industri baru.
e. Komersialisasi industri mencapai keuntungan dan bukan sekedar untuk konsumsi
f. Titik berat produktifitas pertanian.
g. Tansisi masyarakat: tradisional menuju modern
                                                  
4.       Masyarakat Bergerak ke Arah Dewasa
 karakter masyarakat sebagai berikut:
a. Disebut periode konsolidasi
b. Investasi meningkat antara 10-20% dari pendapatan nasional
c. Penguasaan ilmu pengetahuan baru
d. Barang-barang impor diproduksi sendiri
e. Keseimbangan antara ekspor dan impor
f. Produksi industri barang konsumsi dan modal

5.      Masyarakat Konsumsi Massal Tinggi
Karakter dari fase ini adalah sebagai berikut:
a.       Surplus ekonomi dialokasikan untuk social welfare (kesejahteraan sosial) dan social income
b.      Pembangunan merupakan sebuah proses yang berkesinambungan (continuity)
c.       Masalah sosial muncul berupa persaingan kebutuhan yang tidak diperlukan
d.      Status dan simbol merupakan bagian dari hidup

                                                       
Modernisasi Menurut Bert F. Hoselitz
Hoselitz berpendapat bahwa pembangunan bukan hanya persoalan investasi
atau penanaman modal semata, karena bagaimanapun besarnya nilai investasi tanpa
didukung oleh penyiapan lembaga-lembaga nyata untuk peningkatan keterampilan
pelaku ekonomi, maka investasi tersebut tidak akan membawa perubahan menuju arah lebih baik
Ada dua hal yang diperlukan dalam modernisasi
 pertama, pasokan modal besar dengan investasi dan penyediaan dana perbankan, kedua, pasokan tenaga ahli dan terampil untuk memanfaatkan investasi tersebut. Hoselitz tidak menjamin bahwa besarnya investasi atau penanaman modal di suatu negara dapat menentukan keberhasilan pembangunan. Ada faktor lain yang menentukan keberhasilan pembangunan, yaitu peran tenaga ahli dan terampil untuk menggerakkan investasi tersebut.
Simbiosis mutualisma antara investasi dan tenaga kerja dengan kemampuan skill memadai membutuhkan perangkat sistem aturan yang jelas dan mekanisme kerjasama yang memadai. Aturan dan mekanisme relasional ini hanya dapat berjalan dengan baik jika ada peran pranata didalamnya, yaitu negara yang menyusun dan menjalankan aturan-aturan hubungan antara tenaga kerja ahli dan investasi di suatu negara. 

Modernisasi Menurut Alex Inkeles dan David H. Smith
Dalam literatur fenomenalnya berjudul Becoming Modern, Alex Inkeles mengajukan tiga proposisi utama sebagai dasar teori modernisasinya.
Pertama, pendidikan adalah usaha paling efektif dalam melakukan perubahan pada diri manusia.
Kedua, dampak pendidikan dirasakan lebih kuat daripada usaha perubahan lainnya. Ketiga, pendidikan dan pengalaman kerja dapat membuat manusia menjadi lebih modern.
Pendidikan yang menjadi konsentrasi mereka berdua berorientasi pada pembentukan manusia modern yang dapat mewarnai kondisi di sekelilingnya. Kondisi modernitas tidak akan tercapai sebelum menjadikan manusia didalamnyasebagai manusia modern terlebih dahulu. Perubahan manusia menuju arah modern itulah yang relatif dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan yang baik daripada usaha-usaha lain karena dampak pendidikan lebih besar daripada usaha- usaha tersebut.
Selanjutnya, Alex Inkeles dan David H. Smith mengajukan beberapa karakter utama dari manusia modern sebagai berikut:
·         Terbuka terhadap pengalaman baru
·         Berorientasi ke masa kini dan mendatang
·         Kesanggupan merencanakan
·         Percaya bahwa manusia dapat menguasai dan menentukan alam, bukan sebaliknya, alam yang menguasai dan menentukan hidup manusia

Minggu, 08 Maret 2015

Konsep realitas sosial budaya




        Kenyataan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat disebut juga realitas sosial budaya. Dalam suatu masyarakat terdapat banyak sekali realitas sosial budaya yang dapat ditemukan. Adapun beberapa realitas sosial budaya yang terdapat dalam masyarakat yaitu:
1.  Masyarakat
       Masyarakat berasal dari bahasa arab syaraka yang berarti ikut serta atau berpartisipasi. Sedangkan dalam bahasa  Inggris dipakai istilah society dan dari bahasa latin socious yang berarti kawan. Secara sosiologis, masyarakat merupakan sejumlah individu yang telah relatif lama tinggal di suatu lokasi tertentu dimana mereka saling berintelaraksi yang memiliki aturan atau pranata sosial.yang ditaati. Masyarakat merupakan sekumpulan orang atau manusia yang menempati suatu wilayah tertentu dan membina kehidupan bersama dalam bergagai aspek kehidupan atas dasar norma sosial tertentu dalam waktu yang cukup lama. Masyarakat bukan hanya sekumpulan manusia atau khalayak ramai namun masyarakat juga mempunyai komponen-komponen seagai berikut.
a.   Ada sejumlah orang relatif besar jumlahnya dimana mereka saling berinteraksi sehingga menjadi satu kesatuan sosial budaya.
b.   Menjadi struktur dan sistem nilai sosial budaya, baik dalam skala kecil maupun skala besar.
c.   Berada dalam suatu kawasan.
d.   Berlansung dalam kurunwaktu yang relatif lama dan antargenerasi.

2. Interaksi

Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis dan pengaruh timbal balik antarindividu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Syarat terjadinya suatu interaksi adalah perlu adanya komunikasi, tindakan sosial, dan kontak sosial.

3. Nilai

       Nilai merupakan segala seuatu yang dianggap benar, baik, pantas oloh masyarakat yang kemudian diagunakan sebagai tolak ukur dalam berperilaku dalam masyarakat demi terciptanya kihidupan masyarakat yang teratur dan nayaman.

4. Status dan peran

      Status adalah posisi dan kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat sedangkan peran adalah aspek dinamis dari kedudukan berupa perangkat hak-hak dan kewajiban atau bisa kuga didefenisikan sebagai seperangkat harapaqn seseorang dalam status sosialnya di masyarakat. Dimana antara status dan peran tidak dapat terpisahkan. Misalnya status sebagai seorang ayah dengan sendirinya ia akan berperan sebagai panutan keluarga, kepala keluarga pelindung keluarga dan sebagainya.

5. Norma

      Norma merupakan seperangakat aturan yang dibuat untuk mewujudkan dan menjaga nilai dalam masyarakat. Norma dibuat untuk menjalankan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang telah dianggap baik dan benar. Norma dalam suatu masyarakat berdasarkan berat ringannya sanksi dibedakan menjadi lima yaitu: tata cara, kebiasaan, tata kelakuan, adat, dan hukum. Sedangkan berdasarkan sumbernya norma sosial dibedakan menjadi empat macam yaitu: norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, dan norma hukum.

6. Lembaga sosial

      Lembaga sosial merupakan sistem hubungan sosial yang mewujudkan nilai dan tata cara umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Lembaga sosial bisa juga dikatakan sebagai sistem norma yang dibuat untuk mencapai tujuan yang oleh masyarakat dianggap penting. Lembaga sosial dalam masyarakat antara lain: lembaga politik, lembaga keluarga. Lembaga agama, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan.

7.  Stratifikasi sosial

      Stratifikasi sosial merupakan pembedaan warga masyarakat secara vertikal atau secara bertingkat. Ukuran kriteria yang digunakan untuk menempatkan posisi seseorang dalam masyarakat antara lain kekeyaan, kehormatan, kekeuasaan dan ilmu penetahuan. Sifat stratifikasi sosial dibagi menjadi tiga yaitu: sifat stratifikasi sosial terbuka, tertutup, dan campuran. Sedangkan bentuk stratifikasi sosial antara lain berdasrkan kriteria sosial, politik dn ekonomi.

8. Perilaku menyimpang

      Perilaku menyimpang merupakan suatu bentuk perilaku seseorang atau masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat bersumber dari beberapa hal antara lain: tidak berfungsisnya aparat penegak hukum, memburuknya sistuasi sosial budaya masyarakat, tidak berhasilnya proses pewarisan budaya, proses sosialisasi yang tidak sempurna dan sebagainya.

9. Pengendalian sosial

        Pengendalian sosial merupakan suatu keadaan untuk menciptakan ketertiban agar kehidupan masyarakat menjadi tertib, lancar dan terwujudnya suatu keteraturan sosial. Pengendalain sosial biasanya diciptakan untuk mengatasi perilaku-perilaku menyimpang. Usaha yang dilakukan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat itulah yang dinamakan pengendalian sosial.

10.         Proses sosial

     Proses sosial merupakan proses interaksi dan komunikasi antarkomponen masyarakat dari waktu ke waktu, sehingga mewujudkan suatu perubahan. Dalam suatu proses sosial terdapat komponen yang saling terkait stu sama lain, antara lain struktur sosial, interaksi sosial dan sistem alam lingkungan.

11. Perubahan sosial budaya

      Merupakan perubaha unsur-unsur budaya di dlam masyarakat. Perubahan sosial budaya selalu berjalan mengiringi masyarakat.

12.         Kebudayaan

       Kebudayaan merupakan semua hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalm hidup bermasyarakat. Kebudayaan mempunyai tujuh unsur utama atau sering disebut dengan unsur unuversal kebudayaan yaitu: bahasa, religi, kesenian, organisasi kemasyarakatan, sistem ekonomi, ilmu pengetahuan, sreta sistem peralatan, dan perlengkapan hidup.


By Animart